Rabu, 05 Januari 2011


Hati-hati, iman dalam bahaya
Tatkala waktu shalat tiba, dan kita masih asyik jalan-jalan di pusat perbelanjaan tanpa merasa bersalah (T.T), hati-hati, kawan, iman kita dalam keadaan terancam...
"al-imanu yazidu wa yanqush, jaddidu!". Perkataan Rasulullah ini sering kita penggal hanya sampai "... yanqush", dan akhirnya menjadi pembenaran ketika kita futur (wajar...gitu?).
jaddidu, maka perbaharuilah!
sebelum kita beranjak pada cara memperbaharuinya, akan lebih baik jika kita mengetahui dulu gejala-gejala melemahnya iman tersebut...

11. mengatakan apa yang tidak dilakukan <<-- Shaff : 3
ia memerintahkan orang lain melakukan kebaikan, sementara ia sendiri tidak melakukannya, amat besar kebencian Allah pada orang2 seperti ini.

12. senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang
saya mau sedikit bercerita tentang ini...
terkadang, ketika kita terjerembab, mengetahui orang lain juga terperosok adalah kebahagiaan... (jahatnyaaa....)
contohnya, ketika ujian. hehe....

13. melihat sesuatu dari sisi halal-haramnya saja, mengabaikan perihal makruh.
dari segi aqidah, makruh itu berarti dibenci Allah, jadi bukan sekedar "gakpapa".

14. menyepelekan kebaikan-kebaikan kecil.
cerita tentang seorang wanita dan anjing tentu sudah sangat tidak asing di telinga kita.
dan, bukankah kita -seperti dikatakan fudhail bin 'iyadh- tidak pernah tahu akan masuk surga dari pintu mana?

15. tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin
ah, betapa menyedihkannya ketika Rasul tidak mau mengakui kita sebagai bagian dari umatnya...
“Siapa saja yang bangun pagi dengan gapaiannya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namun tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka.” (HR. Al Hakim dalam Al Mutadrak, At Thabrani dalam Al Mu’jamul Awsath, Abu Nu’aim dalam Syu’abul Iman dengan sanad dha’if)
Pernah diceritakan dalam Riyadush Shalihin bab persaudaraan, suatu ketika seorang ahli ibadah ditanyai oleh Allah,
"mengapa kamu selama di dunia membiarkanKu kelaparan dan kedinginan"
"bagaimana mungkin Engkau lapar atau dingin, ya Allah?"
"taukah kau, tatkala saudaramu sakit, Aku disana. Tapi kau membiarkannya, tidak menyelimutinya hingga kedinginan. Dan tatkala saudaramu kelaparan, kau juga membiarkannya..."

16. mudah memutuskan tali silaturahim
Ah, manusia, selalu merasa disertai empat hal : apes, kurang, lupa, dan salah. Inilah yang harus dimengerti orang-orang yang bersaudara. Ni'mat kebaikan apalagi setelah Iman dan Islam, selain ni'mat persaudaraan...
pergesekan, benturan, dengan saudara pasti pernah terjadi. masalahnya adalah tergantung seberapa luas 'samudra' kita menampungnya...

17. tidak tergugah hatinya untuk berkhidmat (mengabdi) kepada Islam.
Ia diibaratkan seperti lelaki dayus yang tidak peduli siapa yang menemui istri dan anak2nya.
Karena bencana tak hanya akan menimpa ahli ma'siyat, tetapi juga yang membiarkan kema'siyatan tsb.
“Dan jagalah diri kamu dari dosa (yang membawa bala bencana) yang bukan saja akan menimpa orang-orang yang zhalim di antara kamu secara khusus (tetapi akan menimpa kamu secara umum). Dan ketahuilah bahawa Allah Maha Berat azab siksaNya” (al-Anfal[8]:25)

18. Resah, takut, dan putus asa tatkala mendapat mushibah, tapi lupa diri ketika mushibah itu dicabut. kita menyebutnya karakter instan.

19. banyak berbantah-bantahan dalam hal furu', dan melalaikan yang ushul.

20. menyibukkan diri dengan keduniawian
kita sibuk dengan dunia, padahal dunia tak mempedulikan kita. mengapa tak mempedulikan yang memiliki dunia saja?

21. sibuk (terobsesi) dengan diri sendiri
masih tenang-tenang saja ketika anggota keluarga gak shalat???
masih bersantai tatkala saudara kita gak bisa ngaji???

Tidak ada komentar: